Dari semua cermin yang pernah ia buat, ada satu cermin yang sejak dulu tidak disukai oleh banyak orang.
Sejak pertama kali dibuat, cermin besar yang memiliki ukiran sederhana itu terus teronggok di pojok belakang tokonya.
“Cermin itu aneh,” kata seseorang suatu ketika.
“Cermin itu pasti berhantu!” ujar yang lain dengan mimik ngeri.
“Cermin itu mungkin sudah dikutuk. Hiiiy!” tambah yang lainnya lagi.
“Mungkin karena itulah kenapa cermin itu selalu berbohong!” tanggap yang lainnya pula.
Begitulah nasib cermin yang teronggok di pojok belakang toko itu.
Karena itu pula, cermin tersebut mendapat sebutan sebagai Cermin Pembohong.
Ya, semua orang setuju dengan sebutan itu. Bayangkan saja, cermin itu menampilkan bayangan pelajar yang sedang tidur terkantuk-kantuk, padahal ia sedang berdiri tegap.
Cermin itu juga pernah menampilkan bayangan seorang putri cantik ketika nenek tua renta bercermin. Bahkan, ada bangsawan tampan yang bayangannya berupa monster saat bercermin di situ.
“Kenapa cermin itu tidak dibuang saja?” cetus seorang pembeli suatu hari.
Dibuang? Oh, tentu saja tidak. Cermin Pembohong itu adalah cermin favorit Kakek Lofi. Dengan cermin itulah ia akan memutuskan siapa yang pantas jadi penerusnya sebagai seorang pembuat cermin.
Tapi, itu adalah rahasia. Kakek Lofi hanya tersenyum dan menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan semacam itu.
Walaupun begitu, orang-orang tetap berdatangan untuk membeli cermin buatannya atau sekedar melihat Cermin Pembohong yang aneh itu.
***

Anak itu tampak kurus dan kelaparan.
“Hujan begitu lebat. Lebih baik kau masuk ke dalam, Nak,” ajaknya ramah.
Anak bernama Raint itu pun dengan senang hati menerima tawaran Kakek Lofi.
Setibanya di dalam toko, Raint mengedarkan pandangan dengan mata berbinar. Ia sangat kagum dengan keindahan cermin-cermin buatan Kakek Lofi. Namun, ia tertegun saat melihat cermin besar di pojok belakang toko.
Raint berdiri menatap cermin itu. Namun, alangkah kagetnya ia melihat bayangannya di cermin itu. Ya, Raint terlihat melambai-lambaikan tangannya dengan ceria.
“Orang-orang menyebutnya sebagai Cermin Pembohong,” jelas Kakek Lofi.
“Cermin pembohong? Kenapa?” tanya Raint.
“Karena cermin itu tidak pernah memperlihatkan bayangan asli kita,” tutur Kakek Lofi. “Cermin itu tidak seperti yang lain, kan?”
Raint mengagguk pelan, “Tapi, Kek. Saya sedang bahagia karena sudah mendapat tempat berteduh dan berkenalan dengan seorang pembuat cermin yang andal. Dan bayangan itu terlihat bahagia walaupun saya diam. Apa benar itu bohong?”
Raint lantas menunjuk ke arah bayangan Kakek Lofi. “Kakek diam saja, tapi bayangan kakek terlihat begitu bersemangat. Wajah kakek tampak muda dan segar.
Menurut saya, itu bukan Cermin Pembohong. Itu adalah Cermin Kejujuran.
Cermin itu memperlihatkan bayangan hati dan perasaan Kakek yang baik hati serta selalu semangat bekerja. Itulah yang tercermin di sana.”
“Kau benar, Nak. Cermin itu adalah Cermin Kejujuran yang memperlihatkan bayangan fisik dan juga hati.
Sayangnya, tidak semua orang menyadari hal itu,” Kakek Lofi tersenyum. Ia kagum karena Raint mampu melihat cermin itu lebih dalam.
***
Setelah mendengar bahwa Raint adalah anak yatim piatu dan tidak memiliki tempat tinggal, Kakek Lofi mengajak Raint untuk tinggal bersamanya.
Selain itu, Kakek Lofi juga ingin ada orang lain yang meneruskan pekerjaannya sebagai pembuat cermin.
“Apa kau mau tinggal di sini bersamaku?” tanya Kakek Lofi kemudian.
Raint mendongak tak percaya. “Sungguh? Kalau saya boleh tinggal di sini, saya akan jadi anak yang rajin.”
Kakek Lofi menganggukkan kepala. Ia yakin kalau Raint adalah penerus yang tepat yang sudah lama ia tunggu-tunggu.
Pilihan Kakek Lofi memang benar. Raint adalah anak yang baik dan berbakat. Dalam beberapa tahun saja, Raint sudah menjadi seorang pembuat cermin yang andal. Kini, toko cermin Kakek Lofi dikelola oleh Raint.
Sampai sekarang, Cermin Pembohong itu masih teronggok di pojok belakang toko. Semua orang juga masih menyebutnya Cermin Pembohong.
Tapi, Raint tetap merawat cermin itu, karena ia pun akan mencari seorang penerus seperti yang dulu dilakukan Kakek Lofi.
Ia menunggu ada orang yang bisa menyadari bahwa Cermin Pembohong itu bukan cermin biasa, bahwa cermin itu menampilkan apa yang sesungguhnya ada pada diri seseorang.
Brief gambar:
- Di sudut ruangan di sebuah toko kaca. Ada tulisan Toko Kaca Kakek Rofi. Di ruangan itu ada banyak kaca. Ada satu cermin besar, berukiran unik. Di cermin terlihat gambar bayangan monster menyeramkan.
- Sedangkan di depan cermin, ada seorang bangsawan kerajaan, tampak gagah memakai busana kerajaan (berdiri seperti orang yang sedang bercermin).
- Di dekat cermin itu ada Kakek Lofi duduk di sebuah kursi goyang berukiran, tersenyum melihat sang bangsawan. Kakek Lofi berpakaian sederhana.
Raint adalah bocah berumuran 10 tahun, bertubuh kurus, dan berpenampilan sederhana. Ia terlihat sedang mengelap cermin pembohong.
Di cermin pembohong, ada bayangan Raint yang sedang bekerja, wajahnya tersenyum ceria.
Di dekat Raint ada Kakek Lofi duduk di kursi goyang berukiran, melihat ke arah Raint dengan tersenyum.
No comments:
Post a Comment